Misteri Ras Wanita Cantik Bermata Biru Suku Lingon Di Indonesia, Suku di Pedalaman Hutan Halmahera


1. Ciri fisik seperti orang Eropa
Suku Lingon bukanlah suku yang berasal dari ras weddoid, melanesia, polinesia, ataupun mongoloid seperti kebanyakan penduduk di Halmahera.
Suku ini justru termasuk dalam ras kaukasoid, sehingga tampilan fisik mereka lebih menyerupai orang Eropa.


Orang-orang suku Lingon memiliki tampilan fisik dengan tubuh yang tinggi, kulit putih, rambut pirang, dan warna mata biru atau hijau.
Sampai saat ini, populasi suku Lingon masih belum diketahui keberadaannya.
Dikatakan bahwa dahulu suku ini sering mendapatkan ancaman dari suku yang hidup di pesisir pantai, salah satunya adalah suku Togutil.
Orang dari suku Togutil kerap berusaha menculik gadis-gadis suku Lingon yang terkenal cantik dengan mata biru mereka.
Beberapa suku setempat menganggap Suku Lingon berbahaya, lantaran dikenal memiliki ilmu sihir sehingga mereka juga kadang kala disegani.

2. Asal-usul suku Lingon
Kemungkinan suku Lingon berasal dari sisa-sisa bangsa Portugis yang menghindar ke dalam hutan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.Tapi ada juga versi lain yang mengatakan bahwa suku Lingon berasal dari korban karamnya sebuah kapal.

Sekitar 300 tahun lalu, sebuah kapal dari daratan Eropa karam dan tenggelam dekat perairan Halmahera.
Sekelompok penumpang berhasil selamat dan terdampar di pulau tersebut.Mereka tidak bisa kembali ke asalnya sehingga mulai membangun pemukiman di Halmahera Timur. Jadilah mereka cikal bakal suku Lingon Trebe atau lebih akrab dengan nama Lingon saja. Di pulau tempat terdamparnya suku Lingon ini, ternyata sudah ada suku-suku lain yang mendiami pulau ini.

Maka sempat terjadi konflik dengan suku-suku setempat. Dengan jumlah orang dan persenjataan yang terbatas, suku Lingon kemudian terpakasa masuk ke bagian terdalam hutan agar terhindar dari gangguan suku lainnya.

Baca Juga



Setelah menetap di wilayah ini selama ratusan tahun, budaya asli mereka yang berawal dari Eropa ini pun mulai pudar dan berubah drastis, beradaptasi dengan budaya setempat yang nyaris primitif.
Hingga saat ini, keberadaan suku ini masih misterius dan belum terungkap. (*)

Sumber